Oleh Aris Munandar
11 October 2023
Membangun Pilar Kesejahteraan Masyarakat Desa Penyangga TNBBBR Dengan Rotan

Membicarakan Desa Piantus lekat sekali dengan identitas kerajinan rotannya. Begitupun sebaliknya, mencari kerajinan rotan yang teringat adalah Desa Piantus. Di sini, kerajinan rotan sudah menjadi sumber perekonomian masyarakatnya sejak lama.

 

“Kami beruntung terlahir sebagai masyarakat pengrajin,” ucap Hendy, pengrajin rotan dari Desa Piantus. Katanya, saat ini penduduk Piantus yang kurang lebih berjumlah 500-an keluarga, 70 persen di antaranya adalah pengrajin rotan dan bambu.

 

Namun sebelum masyhur sebagai sentra kerajinan rotan, Desa Piantus punya sejarah panjang.  Seperti banyak komunitas masyarakat lain yang memanfaatkan apa yang disediakan oleh alam di sekitar mereka untuk menjadi alat penunjang kebutuhan hidup, masyarakat di sini awalnya membuat anyaman rotan untuk kebutuhan pertanian dan perkakas rumah.

 

Namun anyaman rotan di Piantus mulai memasuki babak baru sejak dasawarsa 70-an. Kerajinan rotan berupa ayaman yang sebelumnya masih dihasilkan untuk kebutuhan rumah tangga, kini sudah mulai bertemu pasar. “Mulai ada permintaan anyaman dari orang luar. Awalnya hanya membuat anyaman untuk kebutuhan bertani dan kebutuhan rumah sendiri, akhirnya perlahan menerima pesanan,” kata Hendy.

 

Dari sisi variasi produk, kerajinan rotan semakin berkembang di dekade selanjutnya. Kerajinan rotan yang sebelumnya hanya anyaman berkembang juga menjadi produk mebel. Mulai dari kursi, meja, lemari, dan lain-lain. Terciptanya pasar dan bertambahnya variasi produk juga berpengaruh pada peningkatan kepercayaan masyarakat kepada kerajinan rotan sebagai sumber ekonomi. Hasilnya, pengrajin rotan pun semakin banyak di Piantus. 

 

Kini ada 3 jenis produk yang dihasilkan dari kerajinan rotan, yaitu anyaman, mebel, dan dekorasi rumah. “Kerajinan rotan tampilannya berbeda dari yang dulu. Sekarang kita juga bisa mengkombinasikan rotan dengan besi dan kayu,” ujarnya.

 

Hendy mengkategorikan pengrajin rotan di Piantus menjadi 2, yaitu sambilan dan full time. Orang yang bekerja sambilan itu adalah mereka yang masih menjadikan bertani sebagai pekerjaan utamanya, tapi membuat kerajinan saat jeda masa tanam atau punya waktu luang. Ada juga yang sepenuhnya menggantungkan hidup dari kerajinan rotan, terutama di sektor mebel. “Dengan kerajinan ini, para pengrajin ini sangat tercukupi kebutuhan hidupnya. Jadi mereka sangat terbantu,” ucapnya.

 

Untuk memaksimalkan potensi kerajinan rotan dalam menunjang kesejahteraaan masyarakat Desa Piantus, sejak 2018, diaplikasikanlah tata kelola dengan sistem koperasi dengan bentuk Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat (Kopinkra). Organisasi inilah yang mewadahi kepentingan para pengrajin rotan di Desa Piantus. Mulai dari bahan baku, pengolahan, hingga pemasaran produk kerajinan rotan yang dihasilkan oleh para pengrajin. “Kini pun telah ditambah fasilitas mesin, rumah produksi, dan galeri untuk mendukung upaya memaksimalkan kerajinan rotan Desa Piantus,” ucap Hendy selaku ketua Kopinkra Piantus.

 

Terkait dengan pemasaran, selain memanfaatkan para pedagang keliling yang menjajakan hasil kerajinan rotan ke berbagai daerah di Kalimantan Barat, pembeli juga sering datang sendiri ke galeri atau langsung ke rumah para pengrajin. Kopinkra Piantus juga tak hanya memanfaatkan pasar domestik. Lokasi Desa Piantus yang berdekatan dengan perbatasan Indonesia-Malaysia membuat produk kerajinan rotan ini juga tidak hanya mengandalkan pasar domestik, tetapi juga diekspor ke Malaysia.

 

Pemerintah Daerah juga aktif membantu para pengrajin menemukan pasar-pasar baru dengan rutin mengikutsertakan kerajinan rotan ini dalam pameran di berbagai tempat dan acara. Promosi melalui media sosial juga digalakkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

 

Begitulah kerajinan rotan berkembang menjadi usaha yang mampu menopang perkonomian masyarakat di Desa Piantus. Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) menilai bahwa menejemen usaha kerajinan rotan Desa Piantus bisa menjadi pembelajaran untuk mendukung upaya mensejahterakan masyarakat di sekitar Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) dengan tetap menjaga kelestarian hutan melalui produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).

 

Karena itulah ASRI bersama Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (BTNBBBR) mengajak kelompok masyarakat pengrajin anyaman rotan dari Desa Nanga Jelundung yang menjadi satu di antara desa penyangga TNBBBR melakukan studi banding dan belajar lebih jauh tentang kerajinan rotan dari Kopinkra Piantus.

 

Ada 7 orang warga Desa Jelundung yang ikut dalam studi banding ini. Lima di antaranya berasal dari kelompok pengrajin Rikai Nganjan, dan 2 orang lagi merupakan pendamping dari Pemerintahan Desa (Pemdes) Nanga Jelundung. Satu di antara peserta studi banding ini adalah Agustinus Asun, yang sehari-hari selain berkebun dan berladang, juga telah lama juga menjadi pengrajin rotan. “Membuat kerajinan rotan ini bisa menjadi peluang usaha untuk menghidupi kita. Alasan saya ingin ikut ke sini itu agar apa yang belum pernah saya lakukan itu bisa saya pelajari di sini. Lalu bisa saya buat di desa nanti,” ucapnya.

 

 

Bahan baku rotan yang banyak ditemukan di sekitar desa sangat potensial jika dimanfaatkan lebih lanjut dengan tata kelola yang baik oleh masyarakat Nanga Jelundung untuk menjadi pilar penopang kesejahteraan mereka. Di Kopinkra Piantus, kelompok pengrajin Rikai Nganjan dikenalkan dengan metode awal pengolahan bahan baku rotan, mesin untuk mengolah bahah baku, variasi produk, tata kelola usaha, hingga pemasara produk yang sudah di hasilkan.

 

Asun yang hanya menganyam untuk kebutuhan pribadi dan terkadang memenuhi pesanan dari tetangganya bisa mengembangkan keterampilannya lebih jauh lagi dan menemukan pasar yang lebih besar bersama kelompok pengrajin Rikai Nganjan. “Ini jadi pengalaman yang bagus. Kita bisa dapat pengalaman membuat kerajinan rotan yang belum pernah kita bikin seperti keranjang, meja dan bingkai cermin. Jadi kita dapat tambahan ilmu,” ujarnya.

 

 

Untuk mendukung pengembangan kerajinan rotan kelompok Rikai Nganjan, ASRI bersama BTNBBBR akan terus melakukan pendampingan dalam perencanaan mereka membuat variasi produk. Selanjutnya, akan didampingi juga dalam mendapatkan legalitas untuk kelompok pengrajin agar untuk memudahkan dalam mengakses dukungan pemerintah.

 

Melihat usaha kerajinan rotan di Desa Piantus yang berkat berkat peran serta dinas terkiat di daerahnya, ASRI juga ingin agar para pengrajin ini bisa terhubung dengan pemerintah daerah di Kabupaten Sintang. Ini diperlukan untuk memperbanyak dukungan, khususnya dari pihak pemerintah yang mempunyai program pengembangan usaha masyarakat di wilayahnya. Harapannya jika Desa Nanga Jelundung bisa menjadikan kerajinan rotan sebagai penopang perekonomian mereka dengan mengedepankan prinsip berkelanjutan, masyarakatnya bisa sejahtera dan alamnya bisa terus dijaga kelestariannya.