
Tujuh anak berkumpul dan bersiap menuju sebuah tempat yang jauh dari kota pada suatu pagi di akhir pekan. Mereka ialah Demi, Nanda, Farel, Fitri, Putri, Selvi dan Gabriel. Sekumpulan remaja yang tergabung dalam ASRI Teens dan akan menghabiskan tiga hari kedepan untuk mempelajari sebuah kehidupan baru di alam bebas. Perjalanan kami pagi itu ditemani oleh mentari yang cukup terik seakan menjadi tanda baik untuk memulai petualangan ini.
Kami berangkat menuju lokasi menggunakan 3 mobil dari Sukadana. Perjalanan yang kami tempuh membutukan waktu empat jam untuk sampai di desa terakhir sebelum akhirnya kami harus mendaki bukit yang menjadi tempat lokasi akhir tujuan. Selain tujuh remaja ini, ada juga beberapa rekan dari ASRI dan Yayasan Inisisasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) yang ikut meramaikan petualangan kali ini. Kami mengajak teman-teman dari YIARI karna wilayah yang akan kami tuju merupakan satu wilayah atau site kerja teman-teman tersebut. Perjalanan hari itu cukup lancar dengan berbagai lika-liku dan juga tantangan baru walau sesekali terdengar suara “Berhenti, aku ingin muntah” ucap seorang anak dari salah satu mobil, yang rupanya sedikit mabuk perjalanan tapi ia bisa melaluinya hingga tiba di desa terakhir.
Sesampainya di desa, kami beristirahat sejenak untuk mengumpulkan tenaga yang terkuras di setengah hari pertama itu. Setelah semua orang siap, kami kembali berkumpul dan waktunya melanjutkan sisa perjalanan yang tersisa. Masih teringat jelas saat itu, dimana kami harus melewati sebuah perkebunan sawit sebagai pembuka pendakian kali itu sebelum akhirnya kami bisa tiba di pintu masuk lokasi tujuan kami yang berupa Hutan Lindung tersebut. Kami membutuhkan waktu sekitar satu jam pertama untuk akhirnya sampai di pintu masuk Hutan Lindung. Beberapa kali kami sempat singgah sejenak dijalur pendakian untuk mengistirahatkan badan yang telah memanggul tas yang cukup berat berisikan peralatan pribadi kami tersebut.
Butuh waktu sekitar satu jam lebih 30 menit untuk akhirnya kami tiba di lokasi akhir dari pintu masuk kawasan hutan lindung yang disebut Camp Serumput. Struktur bangunannya penuh dengan kayu dan uniknya menggunakan ventilasi alami yang mana pertukaran udara dilakukan secara alami tanpa alat bantu mekanik seperti kipas angin. Ventilasi alami ini cukup baik karna dapat memberikan pertukaran udara buruk menjadi udara baru yang lebih segar di dalam ruangan. Setiba kami di camp tersebut kami mengemas barang bawaan dan beristirahat sejenak sambil bergantian untuk membersihkan badan sebelum malam tiba.
Ketika matahari tenggelam dan kondisi lingkungan berubah menjadi sedikit lebih dingin dan gelap, kami semua sudah selesai membersihkan badan dan siap untuk lanjut makan malam bersama. Setelah makan malam, kami berkumpul kembali untuk mulai berkenalan lebih dekat dan menyampaikan rangkaian acara untuk keesokan harinya tentu juga dikesempatan kali ini teman-teman YIARI sebagai pemilik tempat juga meberikan sedikit informasi mengenai wilayahnya serta aturan yang berlaku agar semua orang yang berkegiatan di beberapa hari kedepan berjalan dengan baik dan lancar. Sesudah pertemuan malam itu, kami semua kembali meneruskan istirahat untuk mengumpulkan energi yang lebih banyak untuk esok hari.
Baca Juga: Saat Remaja Menjadi Bagian Dari Solusi Dari Permasalahan Lingkungan
Sinar mentari menembus sela-sela papan kayu di camp serumput pagi itu, kami yang nyeyak tidur sedari tadi malam terbangun dengan sangat segar dan siap beraktivitas mengikuti kegiatan hari itu. Setelah semua bersiap dan sarapan dengan tenang kami berkumpul lagi di halaman sebelah camp yang tepat di depannya terdapat sungai yang menjadi sumber kehidupan kami selama di camp ini. Kegiatan hari itu dimulai dengan sebuah cerita yang disampaikan oleh teman-teman YIARI mengenai Hutan Lindung sebagai kawasan konservasi terutama bagi satwa YIARI seperti orangutan, dimana kawasan hutan lindung yang bernama Gunung Tarak, menjadi salah satu area pelepasliaran orangutan beberapa tahun belakangan ini.
Setelahnya kami berangkat dari camp menuju lokasi area reforestasi yang berada tepat di dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Palung. Sedikit yang perlu diketahui bahwa, hutan lindung ini berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP). Kami menempuh perjalanan sekitar satu jam setengah. Di tengah perjalanan tersebut kami singgah sebentar untuk istirahat dan kini giliran dari teman-teman ASRI mengenalkan satu keanekaragaman hayati yang terdapat di Gunung Tarak ini yaitu, jamur.
Ketujuh anak yang sebelumnya terlihat lelah, kembali antusias dengan materi kali ini dan mereka banyak sekali bertanya hingga teman-teman dari YIARI juga tidak ketinggalan ingin tau juga tentang makhluk hidup yang satu ini. Akhirnya perjalanan kembali dilanjutkan. Setiba di lokasi reforestasi, betapa beruntungnya kami dapat bertemu dengan salah satu orangutan yang pernah dilepasliarkan YIARI pada tahun 2016 lalu bernama Susi yang kebetulan saat itu membawa anaknya, Sinar. Kami semua cukup senang karna dapat bertemu satwa liar ini langsung di habitatnya, tetapi tentu saja kami tetap menjaga jarak dengan satwa ini mengingat bahwa satwa ini merupakan hewan yang agresif apabila merasa terancam.
Sedikit bergeser dari pertemuan orangutan tersebut kemudian kami kembali belajar mengenai area reforestasi yang dilakukan oleh teman-teman YIARI bersama dengan TNGP. Selain menjelaskan bibit apa saja yang digunakan untuk menghijaukan kembali kawasan konservasi yang rusak, kami juga dikenalkan mengenai fenologi. Fenologi adalah kegiatan untuk mengetahui fase-fase yang terjadi secara alami pada suatu tumbuhan terutama dalam fase pembungaan dan pembuahan. Fenologi ini penting sekali dilakukan karna untuk mengetahui siklus hidup tumbuhan yang ada di hutan tersebut dan akan berkaitan dengan jumlah pohon pakan yang menjadi sumber energi bagi kelangsungan makhluk hidup juga menjaga kestabilan ekologis di wilayah tersebut.
Setelah cukup mempelajari banyak hal, kami melanjutkan perjalanan sekitar 15 menit untuk sampai di tepi sungai dengan arus yang cukup tenang. Sungai tersebut cukup jernih hingga kami sempat melihat beberapa ikan berlalu lalang menembus arus sungai yang tidak besar itu. Kami singgah untuk beristirahat dan mengeluarkan bekal makan siang sambil menikmati kondisi alam sekitar yang masih terjaga kualitasnya. “Sungguh menenangkan pikiran berada di sini,” ucap seorang anak yang senang sekali dengan kegiatan hari ini.
Hari sudah semakin siang namun cuaca agak sedikit abu-abu, tepat pukul setengah satu siang kami kembali pulang menuju camp. Perjalanan pulang ini agak sedikit berbeda karna tiba-tiba tetesan air hujan turun menyentuh kami yang berada di bawah tajuk-tajuk pohon yang lebar. Tidak terlalu lebat memang, tetapi cukup membuat jalan tanah yang kami lewati menjadi sedikit lebih tergenang dan licin. Untungnya, perjalanan pulang berjalan lancar walau kaki-kaki kami penuh dengan tanah basah yang jarang sekali kami dapati saat tinggal di kota.
Sesampainya di camp, kami membersihkan diri juga beristirahat sejenak sambil becengkarama dengan beberapa teman. Adapun beberapa orang lainnya memilih tidur karna perjalanan tadi baginya cukup terasa melelahkan. Tepat dipukul empat sore kami kembali melakukan aktivitas lanjutan dari rangkaian kegiatan ini. Kali ini kami belajar mengenai pengenalan tumbuhan. Belajar kali ini dilakukan untuk mengamati tumbuhan disekitar serta melihat karakteristik yang lebih detail terkait tiap jenis tumbuhan.
“Selama ini mengira bahwa tiap tumbuhan memiliki warna daun dan karakteristik serupa tetapi setelah belajar mereka semua itu berbeda,” ucap salah satu anak perempuan dari kelompok belajar ASRI Teens kala itu. Mengenali tumbuhan sangat penting dilakukan agar para penerus ini dapat tau lebih banyak mengenai tumbuhan hutan yang beragam dan layak untuk terus dilesatarikan supaya kestabilan ekosistem didalamnya dapat terus terjaga.
Baca Juga: Klinik Keliling: Merawat Kesehatan, Menyelamatkan Hutan
Kemudian kegiatan belajar di lapangan ini juga dilanjutkan dengan pengenalan mengenai zoonosis, penyakit-penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia maupun sebaliknya. Mengingat belakangan ini kasus terkait zoonosis sedang ramai terjadi sehingga perlu sekali bagi anak-anak remaja ini dikenal sedari kini mengenai beberapa jenis paparan penyakit akibat zoonosis tersebut. Kebetulan dari teman-teman YIARI juga memberikan contoh-contoh serupa berdasarkan pengalaman mereka di lapangan ketika berhadapan langsung dengan satwa liar dan penyakit apa saja yang pernah terjadi sebelumnya. Belajar dan diskusi sore hari itu sangat menarik dan tentunya ke tujuh anak sangat antusias dalam menyerap ilmu. Sebelum petang, kami selesai dan aktivitas bebas dilanjutkan oleh semua orang.
Tepat malam hari di pukul tujuh kami semua berkumpul, sebelum makan malam, kami kembali menceritakan berbagai kesan pesan selama mengikuti kegiatan hari ini. satu per satu menyampaikan cerita-cerita yang menarik perhatian diri mereka selama petualangan ini berlangsung. Ada cukup banyak tawa disana tapi adapula kesedihan yang datang mengingat keesokan hari adalah waktunya kami kembali pulang ke tanah betuah, Sukadana. Malam itu setelah makan malam, kami isi dengan berbagai aktivitas bermain kartu dan banyak lainnya untuk mengukir cerita dikemudian hari.
Esok pagi, cuaca kurang bersahabat. Hujan deras kembali mengguyur camp kami sejak tengah malam lalu. Genangan air muncul di beberapa tempat. Awalnya kami sempat ragu untuk pulang mengingat kondisi cuaca yang tidak baik. Namun beruntungnya kami, tepat sebelum pukul 8 hujan reda mulai tiba. Kami kembali bersiap juga berpamitan dengan semua orang. Dan perjalanan pulang kami mulai. Setelahnya perjalanan terasa sama seperti saat kami tiba diawal kemarin. Melawati rute pendakian yang sama hingga tiba di lokasi penjemputan. Namun ada satu hal yang berbeda kali ini, terutama semangat ketujuh anak ini untuk melakukan kebaikan pada alam sekitar yang kini kembali tumbuh jauh lebih besar. Merekapun ikut menyadari seperti apa ancaman yang mulai terjadi pada lingkungan sekitarnya dan tentu para generasi ini juga mulai ikut memikirkan suatu hal kedepan, apakah mereka akan menjadi bagian dari penyelamat bumi atau menjadi bagian dari pesaingnya.