
Kelompok masyarakat yang hidup berdampingan dengan hutan akan berkontribusi pula pada masa depan hutan. Karena segala aktivitas mereka, baik aspek ekonomi maupun sosial-budaya, akan bersentuhan langsung dengan hutan. Hanya perspektif dalam memandang hutan yang akan mempengaruhi aktivitas ekonomi dan sosial-budaya masyarakatnya, yang akan menentukan masa depan hutan dan kehidupan mereka.
Seperti di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Kawasan ini terancam kelestariannya karena penebangan liar dan perburuan. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan mengingat bahwa kawasan pelestarian alam seluas 234.624,30 hektare yang berada di jajaran Pegunungan Schwaner ini punya banyak peran ekologis. Jika kawasan ini dirusak, berarti rusak pula tatanan kehidupan di dalamnya karena hilangnya habitat sekaligus keanekaragaman hayati. Serta timbulnya bencana-bencana ekologis yang berdampak pada banyak hal seperti kemiskinan, krisis pangan, kekeringan, zoonosis, dan lain sebagainya.
Agar hal-hal buruk tersebut tidak terjadi, perlu peran serta masyarakat sekitar hutan dalam melestarikan kawasan hutan. ASRI yang memulai program replikasinya di 2 desa penyangga Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya pada tahun 2018 pun merasa perlu melakukan pendekatan dengan membentuk agen-agen dari masyarakat itu sendiri yang akan menjadi contoh baik masyarakat lokal yang punya pemahaman akan pentingnya menjaga hutan.
ASRI menyebutnya sebagai Sahabat Hutan (Sahut). Mereka diberikan pemahaman tentang bagaimana hutan itu berperan bagi kehidupan, tak hanya manusia, tetapi juga makhluk hidup lain. Membangun kesadaran itu dimulai dari sosok Sahut, lalu menular ke orang sekitarnya, akan mendorong perubahan perspektif secara kolektif di masyarakat desa-desa penyangga Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, yang diikuti juga dengan kontribusi masyarakat dalam menyelamatkan dan menjaga hutan.
Seperti yang dikatakan oleh Cilin, Sahut dari Dusun Guhung Bajang, Desa Nusa Poring, bahwa dirinya bergabung karena tertarik dengan program-program yang disampaikan oleh ASRI di desanya. Terutama program bisa bayar biaya pengobatan dengan bibit pohon, lalu bibitnya ditanam di kawasan hutan. Diiringi penjelasan alasan kenapa harus menjaga hutan. “Sejak itu saya jadi tahu bahwa yang utama itu bagaimana kita bisa memanfaatkan hutan, tapi terus juga menjaga kelestariannya,” ucapnya.
Saat mendapat penjelasan soal Sahut, ia pun tertarik bergabung. Cilin yang sebelumnya berprofesi sebagai penebangan, tidak mengurungkan niat menjadi Sahut saat mengetahui ada syarat untuk berkomitmen untuk tidak melakukan aktivitas ilegal di hutan. Cilin pun berhenti dari aktivitas lamanya dan kini ia menjadi penjaga hutan.
“Setelah bergabung menjadi Sahut dan banyak mendengar penjelasan tentang hutan, pikiran saya menjadi terbuka. Istilahnya pikiran kita dibukakanlah untuk ke jalan yang benar,” kata pria berusia 42 tahun ini.
Perannya sebagai Sahut adalah mengawasi aktivitas ilegal di sekitar hutan yang berpotensi menyebabkan rusaknya ekosistem hutan. Hasil pengamatan dari Sahut menjadi salah satu penentuan ecostatus dusun yang menjadi dasar diskon berobat di Klinik ASRI. Diskon yang bisa didapatkan mulai dari 25% hingga 75% sesuai dengan jumlah aktivitas ilegal yang dilakukan oleh masyarakat dusun atau yang terjadi di sekitar dusun. Makin sedikit aktivitas ilegal yang terjadi, makin besar diskon berobat di Klinik ASRI yang bisa didapatkan oleh masyarakat dusun tersebut.
Sementara itu, data penebang liar juga ditindaklanjuti oleh ASRI sebagai target peserta UMKM Chainsaw Buyback. ASRI menyadari aktivitas menebang di hutan menjadi pilihan masyarakat bermata pencaharian karena keterbatasan pada akses ekonomi lain. Melalui data yang diserahkan Sahut, ASRI pun menindaklanjutinya dengan menawarkan kepada pemilik chainsaw untuk menyerahkan chainsawnya dan beralih pekerjaan menjadi pelaku UMKM, dengan diberikan modal usaha dan pendampingan usaha.
Senada, Sahut Perempuan dari Dusun Nanga Dawai, Ice mengatakan memang sudah seharusnya hutan ini dijaga agar masyarakat di sekitarnya tetap bisa menerima manfaat dari hutan ini sekaligus menghindarkan masyarakat dari resiko bencana ekologi yang bisa terjadi.
“Jika hutannya bagus, air bersih akan selalu ada untuk kami gunakan. Hewan-hewan juga bebas berkeliaran di hutan. Juga terhindar dari banjir dan kekeringan,” ucapnya.
Karenanya, Ice dan Sahut Perempuan lain juga ingin berkontribusi dalam upaya menyelamatkan hutan. Ia bertugas memastikan bahwa bibit pohon yang digunakan pasien untuk berobat sampai ke tangan ASRI, untuk selanjutnya di tanam di hutan-hutan.
“Kami terus mensosialisasikan program ASRI kepada masyarakat bahwa di Klinik ASRI bisa berobat dengan bibit tanaman. Tanaman yang dibayarkan oleh masyarakat itu akan dikumpulkan dan ditanam di hutan-hutan,” ucapnya.
Namun apa yang Sahut lakukan di tengah masyarakat bukan tanpa tantangan. Cilin punya pengalaman menerima komplain dari masyarakat. Ia memahami posisi masyarakat dan tidak ingin terlalu mengambil pusing atas komplain itu. Masyarakat yang komplain itu menurutnya hanya belum memahami bahwa apa yang dilakukannya akan berdampak buruk bagi alam dan lingkungan, dan akan berpengaruh juga pada kehidupannya kelak.
“Kebanyakan masyarakat di dusun ini kerjanya menebang. Kita harus paham kenapa mereka melakukan itu. Jika kita langsung larang, mereka pasti marah. Karena itu urusan perut mereka. Makanya saya pakai pendekatand dengan pelan-pelan memberikan pemahaman kepada mereka. Sekaligus juga mensosialisasikan program tukar chainsaw agar mereka bisa beralih pekerjaan dari penebang,” katanya.
Cilin, Ice, dan Sahut yang lain sadar kian hari kian nampak perubahan perilaku di masyarakat untuk berhenti dari aktivitas yang merusak hutan. Hal ini karena sosialisasi rutin yang dilakukan Sahut-Sahut kepada masyarakat di dusunnya masing-masing tentang menjaga hutan. Juga adanya Sahut di dusun masing-masing secara tidak langsung menjadi kontrol sosial masyarakat di dusunnya agar mengurangi aktivitas ilegal di hutan.
“Adanya ASRI di sini dan adanya Sahut menurut saya membuat hutan semakin terjaga. ASRI juga melibatkan Sahabat Hutan dalam program-program yang membantu masyarakat dan saya ada di dalamnya,” pungkasnya.