Oleh Aloysius Theodore
05 June 2023
Pengalaman Mengabadikan Kerja-Kerja ASRI Untuk Kesehatan dan Kelestarian Alam Melalui Buku Foto

Halo, perkenalkan saya Aloysius Theodore, biasa dipanggil Aloy, mahasiswa Jurusan jurnalistik dari Universitas Multimedia Nusantara, dan inilah cerita saya berkegiatan di Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) untuk pembuatan tugas akhir berupa sebuah buku foto tentang apa yang lembaga nirlaba dengan ide planetary health ini lakukan melalui programnya dalam mewujudkan masyarakat sehat, sejahtera, dan alam sehat lestari.

 

Awalnya, saya mengetahui ASRI dari Belai, teman yang dahulu pernah maggang di ASRI. Ia banyak bercerita mengenai pengalaman dan pelajaran yang didapatkannya selama berkegiatan di ASRI, mulai dari program yang berkaitan dengan konservasi alam hingga program-program kesehatan. Mendengar ceritanya, saya pun tertarik untuk mencari tahu lebih jauh tentang ASRI. Hingga akhirnya tertarik untuk membuat buku foto mengenai program konservasi yang dilaksanakan ASRI dan Taman Nasional Gunung Palung. Saya kemudian menghubungi pihak ASRI untuk bisa datang dan ikut mendokumentasikan kegiatan yang mereka laksanakan selama 2 minggu.

 

Kegiatan saya dimulai pada Senin (10/04/2023) untuk ikut serta melakukan pengecekan bibit ke beberapa sahabat hutan di Sedahan Jaya. Hari selanjutnya ke persemaian Laman Satong untuk ikut mengukuran bibit adopsi yang telah ditanam dan penyulaman bibit di hutan reboisasi. Lalu ikut mengantarkan Eco Polybag dan melihat penanaman bibit disana. Pengambilan chainsaw dari logger, mengunjungi janda penerima kambing dan mendatangi Pak Amir, ex-logger yang telah menjadi mitra ASRI dan sukses dalam menjalani bisnis madu dari lebah Kelulut.

 

Hari-hari ikut serta berkegiatan di ASRI merupakan pengalaman dan pelajaran yang sangat menyenangkan dan menarik. Namun jika disuruh memilih, hari yang sangat-sangat memorable jatuh pada hari Selasa (11/04/2023) dimana saya menggunakan motor dari ASRI yaitu sebuah KLX untuk pergi ke penyemaian di Laman Satong. Seru sekali karena bisa merasakan membawa motor menyusuri lika-liku jalan di daerah baru yang bagi saya cukup menantang. Untuk ke Laman Satong sendiri harus menempuh waktu kurang lebih 1 jam dan sesampainya disana saya diajak untuk ikut mendokumentasi kegiatan pengukuran bibit adopsi yang telah ditanam di tempat reboisasi. Karena lokasi reboisasi tersebut berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Palung, kami harus masuk kedalam menggunakan motor dan dengan jalan hutan melewati lumpur dan semak yang tinggi sampai harus cipika-cipiki dengan semak-semak untuk sampai ke tempat penanaman bibit, hahaha.

 

Setelah ikut pengukuran, saya ikut Pak Jul dan Pak Sadri untuk mendokumentasi pelaksanaan penyulaman bibit yang mati. Tempat penyulaman bibit ini berbeda dengan tempat sebelumnya yang mana ini lebih jauh masuk ke hutan. Jarak tempuh pakai motor itu harus 30 menit masuk dan melewati jalan lumpur, jembatan-jembatan kecil, dan tanjakan-turunan. Untuk masuk ke tempat penyulaman saja bagi saya sangat sulit, tetapi bagi Pak Jul dan Pak Sadri inilah yang mereka laksanakan sehari-hari, lelah nya bukan main untuk melaksanakan proses penyulaman ini tapi mereka terus melanjutkan perjuangan reboisasi tersebut dengan semangat. Melihat hal itu saya jadi percaya dengan kata-kata “Not all heroes wear capes”. Dibuktikan bahwa mereka salah satu pahlawan yang bergerak untuk menyelamatkan bumi. Terima kasih banyak Pak!.

 

Selain ikut kegiatan yang ada di ASRI, pada hari Sabtu, (15/04/2023) saya, Ellen, dan, drg. Sere pergi ke Lubuk Baji untuk tracking dengan dipandu oleh Pak Mus. Di Lubuk Baji kita tracking untuk sampai ke Batu Bulan ditemani dengan suara-suara satwa yang bertempat tinggal di hutan tersebut dan melihat koridor Orangutan yang keren sekali. Selain itu, kita juga menyempatkan untuk berenang di salah satu air terjun di sana. Udara dan cahayanya sedang bagus sekali sehingga suasana di air terjun tersebut sangat indah. Menurut saya, kita sangat beruntung karena di pagi hari di Sukadana hujan lebat dan hampir saja batal untuk ke Lubuk Baji, akan tetapi, ternyata di daerah Lubuk Baji tidak hujan sehingga kita tetap berangkat!. Untuk tracking dan berenang sejenak di daerah Lubuk Baji, memakan waktu kurang lebih 5 jam. Walaupun medannya cukup sulit (bagi saya yang jarang tracking dan olahraga, hahaha) tetapi pengalaman dan viewnya sangat worth it!.

 

Kegiatan dokumentasi saya berlanjut di hari Senin (17/04/2023) dimana saya ikut bersama Pak Tarjudin, Bang Jaka, dan Bang Ujang untuk melakukan penanaman bibit di Bayas, Sedahan Jaya. Untuk ke bayas sendiri kita harus menaiki sampan dan mengarungi sungai untuk ke camp dengan memakan waktu 35 menit. Sesampainya di camp, Bang Jaka dan Bang Ujang mengangkut bibit untuk dibawa ke lokasi reboisasi. Untuk ke lokasi reboisasi, kita harus melewati jalan lumpur yang jika diinjak kaki kami masuk kedalam setinggi betis. Mereka karena sudah biasa di medan tersebut jadi tahu tempat mana yang harus diinjak agar tidak masuk ke lumpur, tetapi saya yang baru melewati jalan tersebut, berkali-kali melakukan “breakdance” karena kaki masuk ke dalam lumpur dan hilang keseimbangan, hahaha. Kata Bang Jaka, jalan tersebut merupakan jalan normal, tetapi ada kalanya jika terjadi hujan di malam sebelumnya, jalan tersebut bisa banjir dan mencapai pinggang orang dewasa!. Beruntung sekali saya untuk bisa mengikuti kegiatan ini dengan jalan yang normal walaupun harus “menari” di lumpur, hahaha.

 

Keesokan harinya, karena harus melaksanakan presentasi secara langsung di Balai Taman Nasional Gunung Palung di ketapang, saya kembali menggunakan KLX dari ASRI untuk kesana. Walaupun perjalanan memakan waktu kurang lebih 2 jam, walaupun dengan waktu yang lama dan jok motor KLX yang sedikit lebih keras daripada jok motor pada umumnya, tetapi sangat seru untuk bisa riding dari sukadana ke ketapang. Setelah dari Ketapang, saya menyempatkan diri ke Laman Satong untuk melakukan dokumentasi dari penyemaian dan juga pembuatan eco polybag oleh warga Laman Satong. Untuk secara keseluruhan dari Sukadana ke Ketapang lalu ke Laman Satong dan pulang kembali ke Sukadana memakan waktu seharian dan ketika beberapa staff ASRI mendengar perjalanan yang saya tempuh hari itu mereka terkejut karena selain saya belum 2 minggu disana, umumnya mereka hanya pulang pergi ke Sukadana dan Ketapang tanpa ke Laman Satong, dan itu sangat melelahkan dan sangat jarang mereka lakukan. Bagi saya, perjalanan tersebut merupakan perjalanan yang normal karena merasakan pengalaman baru yang seru, tapi selain itu juga mungkin karena masih anak muda, jadi tidak terasa lelah, karena jiwa muda masih membara! Hahaha.

Setelah hari-hari yang penuh dengan kegiatan konservasi yang seru, tidak terasa 2 minggu saya bersama ASRI harus berakhir. Hari Rabu (19/04/2023) menjadi hari perpisahan saya dengan ASRI, pagi hari saya ikut morning meeting terakhir dan foto bersama dengan staff-staff ASRI. Senang sekali bisa datang langsung ke ASRI. Terima kasih juga kepada orang-orang di ASRI yang telah menerima dan membantu saya untuk pembuatan tugas akhir berupa buku foto mengenai ASRI ini. Semoga buku foto yang saat ini sedang dibuat dapat memberi dampak yang positif bagi ASRI dan bagi masyarakat! Semoga di kemudian hari, saya bisa kembali lagi untuk ikut berkontribusi lebih banyak lagi bersama ASRI dalam program-program lainnya!