Oleh Aris Munandar
20 September 2021
Sahut Bantu Selamatkan Hutan dan Mudahkan Masyarakat Akses Layanan Kesehatan

Pertemuan Sahabat Hutan (Sahut) jamak dilakukan secara periodik di Klinik ASRI. Namun pada Rabu (25/08/2021) dilangsungkan di Pantai Mutiara, Dusun Sebadal, Desa Gunung Sembilan, Kecamatan Sukadana.

Pada pertemuan kali ini, tak hanya lokasi pertemuan yang berbeda. Karena juga ada 2 lomba yang dihadirkan di tengah pertemuan. Lomba-lomba itu masih berkaitan dengan kepedulian lingkungan. Seperti lomba pungut sampah di Pantai Mutiara dan lomba membuat tong sampah.

Kedua lomba itu dimaksudkan agar Sahut, masyarakat di sekitar Pantai Mutiara, dan pengunjung yang berwisata ke sana bisa menyadari pentingnya menjaga kebersihan pantai dan lingkungan. Sahut pun dibagi menjadi 4 kelompok. Suasana semangat berkompetisi tampak di masing-masing kelompok.

Manajer Program Konservasi ASRI, Muhammad Rusda Yakin mengatakan bahwa Sahut adalah sebutan untuk perwakilan masyarakat dari dusun-dusun yang tinggal berdampingan dengan kawasan hutan. 

“Sahut adalah agen dalam mentransfer informasi dari ASRI ke masyarakat. Baik yang berkaitan dengan kesehatan, konservasi, sampai pendidikan. Sedangkan tugas utama Sahut adalah memantau deforestasi di dusun mereka, seperti aktivitas illegal logging serta aktivitas lain penyebab deforestasi,” jelasnya.

Adapun promosi program ASRI dan monitoring pembalakan liar dilakukan Sahut dengan 5 agenda. Seperti dengan memfasilitasi pertemuan warga untuk mengikuti kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan oleh ASRI, mengunjungi ladang atau sawah dan berbicara dengan petani, berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan desa dan dusun setempat, juga mengunjungi tempat berkumpulnya warga dusun untuk berbincang. Lima kegiatan yang dilakukan Sahut akan dilaporkan kepada Koordinator Sahut setiap 2 bulan sekali.

Hasil monitoring Sahut sendiri juga berhubungan dengan diskon yang bisa didapatkan masyarakat. Karena membantu memberikan bahan penilaian untuk menentukan status dusun dalam menjaga hutan. Makin baik upaya masyarakat menjaga hutan, makin tinggi pula diskon berobat yang bisa didapatkan di ASRI.

Ada beberapa data yang akan dikumpulkan oleh Sahut. Data itu berisi informasi yang akan menjadi indikator penentu status dusun. Diantaranya adalah logger (penebang liar), titik akses logging, titik tumpuk kayu, kebun di kawasan hutan, ladang di kawasan hutan, serkel, dan sawmill.

“Data ini diperbaharui setiap 2 bulan. Namun akan dikumpulkan secara keseluruhan setiap 4 bulan sekali. Hasilnya adalah hasil monitoring oleh Sahut yang output-nya adalah warna dusun yang menentukan diskon berobat di Klinik ASRI,” katanya.

Terkait kiprah dari para Sahut dalam membantu pemerintah dalam melakukan reforestasi, Rusda mengatakan bahwa hasil dari kerja itu sudah tampak. Bukan hanya menahan laju deforestasi, tetapi juga membantu masyarakat dalam mengakses kesehatan dengan lebih murah dan mudah.

“Kerja Sahut ini menunjukkan perubahan status dusun yang signifikan. Dusun yang tadinya merah menjadi kuning atau hijau. Status dusun menjadi membaik dengan adanya Sahut. Ada pengurangan logger, titik angkut logging, titik, tumpuk kayu, dan sebagainya,” pungkasnya.