
Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) dengan program replikasinya di 2 desa penyangga Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya yang berjalan sejak 2018 membawa beberapa misi, satu diantaranya mewujudkan kemudahan mengakses layanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau untuk masyarakat di daerah penyangga hutan. Melalui program kesehatannya, ASRI membangun masing-masing satu klinik di setiap desa, dilengkapi dengan tenaga kesehatan yang profesional dan alat kesehatan yang mumpuni untuk menunjang pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
Namun ASRI menyadari bahwa aspek geografis yang khas di jajaran pegunungan Schwaner dan pola pemukiman yang terpisah dalam kantong-kantong kecil yang disebut “kampung” menjadi penghambat pemerataan akses layanan kesehatan bermutu dan terjangkau yang dibawanya. Karenanya, setahun setelah menjalankan program-programnya di 2 desa ini, termasuk di dalamnya program kesehatan, ASRI menyempurnakannya dengan menyelenggarakan program Klinik Keliling (Mobile Clinic).
“Program ini ditujukan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan di dusun-dusun wilayah kerja ASRI-BBBR yang aksesnya masih sulit,” ujar Koordinator Kesehatan ASRI-BBBR, dr. Meilia Chrisandra, atau yang karib disapa warga dengan dr. Mei. Klinik Keliling yang dilaksanakan oleh Program Replikasi Bukit Baka Bukit Raya menyasar dusun-dusun di 2 desa ini, dengan dusun tempat berdirinya Klinik ASRI sebagai pengecualian. Rutin dilakukan satu kali setiap bulan di setiap dusun sasaran.
Subjek yang menjadi sasaran dari Klinik Keliling adalah pasien-pasien dengan penyakit yang tidak memungkinkannya ke Klinik ASRI, penderita penyakit kronis, dan pelayanan Antenatal Care (ANC) untuk ibu hamil. Tak hanya pengobatan, edukasi preventif untuk menjaga kondisi kesehatan ibu dan janin atau bayi, mencegah masyarakat tertular penyakit yang bersifat musiman atau yang sudah terlanjur menderita penyakit-penyakit kronis agar tidak semakin parah pun disisipkan di setiap pelayanan klinik keliling dijalankan.
Sejak awal dijalankan, sudah tampak antusiasme masyarakat. Bukan hanya untuk mendapatkan pengobatan atau memeriksakan kesehatannya, tetapi juga menyediakan rumah sebagai tempat Tenaga Kesehatan ASRI untuk melakukan pelayanan Klinik Keliling di dusun-dusun sasaran. “Jadi kalau kami ke dusun-dusun untuk Klinik Keliling, kami akan menumpang ke rumah mitra ASRI, perangkat desa, atau rumah warga yang lain secara bergiliran,” ujarnya.
Seperti yang telah dijelaskan di paragraf awal mengenai kendala geografis yang menghambat akses masyarakat mendapatkan layanan kesehatan yang disediakan ASRI di klinik-kliniknya, itu juga menjadi tantangan tenaga-tenaga kesehatan ASRI dalam upayanya melayani masyarakat. Kondisi cuaca sangat menentukan akses tenaga-tenaga kesehatan ASRI menuju ke dusun-dusun untuk melakukan Klinik Keliling.
Jika terlalu beresiko untuk datang ke dusun-dusun menggunakan jalur darat, tenaga kesehatan ASRI akan melaluinya dengan Sungai Mentatai menggunakan perahu mesin yang masyarakat di sana menyebutnya klotok. Namun jika tidak juga memungkinkan untuk menggunakan jalur sungai, terpaksa harus membuat pelayanan Klinik Keliling ke dusun harus mundur beberapa jam hingga kondisi cuaca memadai. Bahkan terkadang harus memundurkan hari. “Cuaca yang tidak menentu dengan akses jalan yang licin saat hujan bisa membuat jam kegiatan mundur atau bahkan reschedule,” ucap dr. Mei.
Namun bagi dr. Mei dan para tenaga kesehatan ASRI lainnya, kondisi-kondisi itu bukanlah hal yang menjadi pengurung niat membantu mempermudah masyarakat di desa-desa penyangga mengakses layanan kesehatan. Hanya saja yang membuatnya gundah adalah jika waktu pelayanan Klinik Keliling ini dipindahkan, sebagian masyarakat tidak ada di rumah, karena bekerja di ladang. Para tenaga kesehatan pun harus mencari cara lain agar pasien, terutama penderita penyakit kronis tetap mendapatkan obat dengan semestinya.
“Jika pasien penyakit kronis tidak datang, maka kami akan menitipkan pesan kepada keluarga. Untuk selanjutnya obat-obatan rutinnya akan diberikan ke keluarga dan kembali mengedukasi lagi untuk tetap memeriksakan kesehatannya,” ujarnya.
Buk Selinsin yang tinggal di Dusun Mengkilau, Desa Nusa Poring adalah orang yang rutin memanfaatkan pelayanan Klinik Keliling ini. Diabetes dan Hipertensi yang dideritanya memang menuntutnya harus memeriksakan kesehatan secara rutin agar gula darah dan tekanan darahnya stabil.
“Dulu sebelum ada Klinik Keliling, saya harus berobat ke Menukung (pusat kecamatan). Tunggu ada uang untuk ngojek dan berobat. Jadi ndak bisa setiap bulan periksanya,” katanya menceritakan bagaimana ia harus mempersiapkan uang tidak hanya untuk keperluan berobat saja. Melainkan juga untuk membayar jasa ojek yang harganya bisa sama dengan biaya berobat, mengingat sulitnya akses jalan dari tempat tinggalnya ke pusat kecamatan.
Kini ia selalu menandai tanggal 10 setiap bulannya. Karena saat itulah Klinik Keliling ASRI akan mengunjungi dusunnya. Beberapa waktu sebelum Klinik Keliling dilakukan, Buk Selinsin akan mencari tahu di rumah siapa Klinik Keliling dilakukan, lalu akan mendatangi tenaga kesehatan ASRI yang terdiri dari dokter, bidan, dan perawat yang telah ada di rumah salah satu warga di dusun tersebut.
Ia juga tak perlu lagi menunggu ada uang dan mengurungkan niatnya untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan karena alasan uang. Karena seperti biaya pelayanan kesehatannya di Klinik yang menerapkan pembayaran non-cash payment, Klinik Keliling juga menerapkan pembayaran menggunakan bibit pohon sesuai dengan biaya berobatnya.
“Terima kasih ASRI, sekarang berobat bisa lebih mudah. Tak perlu jauh-jauh lagi dan harus punya uang dulu buat ngojek dan berobat,” ucapnya.
Sementara Ibu Mariana dari Dusun Nanga Dawai, Desa Nusa Poring mengatakan bahwa sebagai penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi, ia merasa terbantu untuk pulih dari stroke yang dialaminya beberapa waktu lalu. Kini ia mulai bisa berjalan dan beraktivitas, meski hanya berkutat pada aktivitas di rumah.
Kontrol kesehatan rutin wajib dilakukan agar kondisinya semakin membaik dan tidak kembali mengalami stroke. Jadi setiap jadwal kunjungan Klinik Keliling ke dusunnya, yang juga biasa dilakukan di rumahnya, ia tak pernah absen.
“Saya rutin berobat di Klinik Keliling. Jadi tak pernah lupa untuk cek kesehatan saya biar cepat sembuh dan bisa kerja lagi. Untungnya juga bisa bayar pakai bibit, Jadi kita yang tak ada biaya untuk berobat, bisa terus berobat dengan Klinik Keliling ASRI,” ucapnya.
ASRI melalui Klinik Keliling berkeinginan untuk terus dapat memenuhi harapan Buk Selinsin, Buk Mariana, dan warga-warga yang kesulitan untuk rutin mendapatkan layanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Keterjangkauan tidak hanya dalam akses karena faktor jarak dan geografis, tetapi juga dalam aspek ekonomi. Dengan memenuhi harapan itu, keinginan ASRI sendiri untuk memberikan layanan kesehatan yang merata untuk masyarakat di sekitar hutan dapat dipenuhi.