
Pagi itu (26/7), ibu Maria, salah seorang warga Desa Matan Jaya tidak berangkat ke ladang seperti pagi-pagi biasanya. Ia berpakaian lebih rapi dari biasanya lalu mengajak tiga orang kawannya berkendara menuju kantor desa. Sesampainya di sana, mereka duduk bersama beberapa warga lain yang telah menunggu.
Tak lama kemudian, yang dinantikan pun tiba. Tim klinik keliling ASRI datang dan bergegas mempersiapkan ruangan serta barang-barang sambil bertukar sapa dengan wajah berseri pada pasien yang telah menunggu. Dokter Cita mengalungkan stetoskopnya, apoteker Radia menata obat-obatan, Dani menyusun kacamata baca gratis, dan perawat Clara mulai memanggil pasien pertama dan melakukan pemeriksaan awal.
Layanan pengobatan keliling pun dibuka. Di pagi yang cerah itu, gelak tawa dan suasana suka cita memenuhi kantor desa. Suasana inilah yang membuat ibu Maria senang berobat di klinik keliling ASRI. Ia kembali lagi setelah pengobatan di Klinik Keliling sebelumnya pada bulan Maret lalu.
“Awas ya buk ye, makannya dijaga. Kurang-kurangi durian,” Dokter Cita mewanti-wanti ibu Maria dengan nada kelakar saat memeriksanya. Ibu Maria membalas candaan Dokter Cita dengan tawa.
Baca Juga: Merawat Kesehatan, Menyelamatkan Hutan
“Senang, di sini ramai. Orang ASRI ramah-ramah. Apalagi Ibu suka ngobrol,” ujarnya dengan wajah berseri setelah selesai melakukan pemeriksaan dan pembayaran.
Tak hanya ibu Maria dan tiga orang kawannya, Mama Ridwan yang memeriksakan anaknya juga pulang dengan wajah berseri. Ia mengaku senang dengan kedatangan tim Klinik Keliling ASRI. Dengan bangga ia menunjukkan hasil karya anyaman yang ia gunakan untuk pembayaran pengobatan anaknya. Bagi Mama Ridwan, alternatif pembayaran non-tunai inilah yang membuatnya senang berobat di Klinik ASRI disamping keramahan orang-orangnya. Ditambah lagi, terdapat ecostatus diskon wilayah yang diberlakukan untuk masyarakat yang tinggal di desa sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Palung dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Semakin baik masyarakat menjaga hutan, semakin tinggi pula diskon yang klinik ASRI berikan.
Setelah layanan di Desa Matan Jaya hari itu selesai, tim Klinik Keliling berkemas dan melanjutkan perjalanan selama 3 jam menuju Desa Sempurna. Layanan dibuka pada sore hari itu dan pagi keesokan harinya (27/7) di bangunan kayu sederhana yang warga fungsikan sebagai Posyandu.
Di desa ini, tim klinik ASRI sudah dinantikan beberapa warga. Salah satunya adalah ibu Altifah yang hari itu datang berjalan kaki dengan payung, menggendong buah hatinya. “Dari dulu langganan. Pasti datang kalo ada klinik ASRI,” ujarmya setelah memeriksakan pinggang dan perutnya. Di layanan-layanan sebelumnya, ibu Altifah pernah membayar dengan bibit, bakul, dan tikar. Hari itu ia memilih pembayaran menggunakan bakul anyam yang sedang dibuat oleh mertuanya.
“Senang gak perlu bayar tunai. Kalau gini, semua orang bisa berobat. Orangnya ramah, dokternya juga,” jawabnya ketika tim ASRI menanyakan alasan ia berkali-kali berobat di klinik keliling ASRI. Suasana Klinik Keliling di Desa Sempurna memang tidak kalah menyenangkan dan menggembirakan dari Desa Matan Jaya.
Nek Sawah, salah seorang pasien lainnya benar-benar terlihat menikmati layanan hari itu. Ia menghibur tim klinik dan pasien lainnya dengan celetukan-celetukannya. Nek Sawah berhasil membuat tim klinik ASRI terpingkal-pingkal dan melupakan rasa lelah mereka setelah melewati perjalanan yang jauh dan berjam-jam memberikan layanan.
“Katanya ada klinik ASRI mau datang. Aduhai, ibu ni begadang lah semalam bikin anyaman ni,” ia memamerkan anyaman yang dibawanya untuk pembayaran. Meskipun bukan pasien yang terakhir, Nek Sawah baru pulang ketika pasien lainnya sudah pulang. Ia begitu menikmati berkelakar dengan tim klinik ASRI.
“Kalau ada jarum yang patah jangan simpan di dalam belek (kaleng), kalau ada kata yang salah jangan sampai di bawa balek (pulang),” Nek Sawah berpantun dengan penuh semangat sambil menuruni tangga posyandu untuk pulang.
“Hati-hati, nek. Cepat sembuh ya! Obatnya diminum. Kalau enggak nanti saya samperin ke rumah,” ujar dokter Cita sambil tersenyum & melambaikan tangan. Kepulangan nek Sawah menutup rangkaian klinik Keliling ASRI di desa Matan Jaya dan Sempurna, dua desa yang berlokasi di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Palung mulai tanggal 25 hingga 27 Agustus.
Dokter Cita, apoteker Radia, perawat Clara dan staff umum Dani meletakkan kembali meja dan kursi di Posyandu seperti semula. Obat-obatan dan sisa kacamata gratis dimasukkan kembali dalam wadah. Mereka kemudian berjalan kembali ke rumah pak Anton, Sahabat Hutan yang rumahnya mereka inapi dan bersiap melakukan perjalanan sekitar 4 jam kembali ke kecamatan Sukadana.
Baca Juga: Hidupkan Ekonomi Keluarga Hingga Antar Anak Kuliah
Dokter Cita berharap kegembiraan dan canda tawa yang tercipta saat pelayanan selama tiga hari tersebut bisa ikut membantu mengobati penyakit para pasiennya, hingga di sesi klinik berikutnya mereka tidak perlu berobat lagi karena sudah sembuh. “I believe laughter is the best medicine,” ujarnya.
Layanan klinik keliling ASRI adalah program yang diadakan berkala dalam rangka menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi warga di sekitar Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) dan Bukit Baka Bukit Raya (TNBBR). Hal ini adalah bentuk penerapan konsep Planetary Health yang mempercayai bahwa kesehatan masyarakat adalah hal yang esensisal dan berkaitan erat dengan kesehatan alam, karena masyarakatlah para penjaga hutan dan alam di sekitar. Tanpa masyarakat desa Matan Jaya dan Sempurna yang sehat, tidak mungkin tercipta lingkungan alam yang terjaga di kawasan taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat.