Deforestasi di sekitar hutan Kalimantan terjadi karena adanya ketergantungan masyarakat terhadap hutan. Ketergantungan tersebut dikarenakan adanya akses yang mudah untuk melakukan penebangan, permintaan kayu yang tinggi, kurangnya sumber daya untuk mata pencaharian yang lain serta pendidikan dan keterampilan yang rendah. Memahami persoalan tersebut, ASRI percaya bahwa pendekatan represif tidak menyelesaikan masalah dan bukan solusi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, ASRI bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Palung menawarkan solusi yang memungkinkan penebang untuk berhenti dari pekerjaannya dan beralih kepada mata pencaharian lain yang sesuai dengan minat dan keterampilannya.
Untuk memastikan dana modal tidak dipakai untuk kegiatan yang konsumtif, ASRI tidak memberikan dana cash, melainkan belanja bahan untuk set-up usaha bersama dengan mitra.
Program ini juga dilihat sebagai solusi yang berkelanjutan karena adanya pemantauan (monitoring) rutin serta pendampingan dan dukungan dalam pengembangan usaha baru. Selain mengurangi terjadinya deforestasi di salah satu taman nasional Indonesia, program ini menurunkan risiko dari mantan logger maupun keluarga dari segi kesehatan serta keamanan.
Dengan Chainsaw Buyback yang sudah diikuti sekitar 200 penebang, diperkirakan lebih dari 47,426 pohon besar terlindungi. Pohon-pohon yang paling sering ditebang oleh logger di sekitar hutan terutama adalah pohon langka dan bernilai tinggi seperti Bengkirai, Meranti, Nyatoh, Ulin, Ubah, Medang, dan Keladan. Hilangnya pohon-pohon besar dapat menjadi ancaman besar untuk keberlangsungan hidup satwa endemik seperti Orangutan dan Enggang Gading. Sehingga dengan berkurangnya aktivitas logging, pohon-pohon diharapkan untuk terus berdiri memberikan kehidupan bagi satwa dan manusia di sekitarnya.
Inovasi ini melengkapi upaya pencegahan deforestasi dari ASRI dan Balai Taman Nasional Gunung Palung, selain upaya reforestasi dari bibit-bibit yang dibayarkan oleh pasien yang mengakses pelayanan kesehatan di Klinik ASRI.