
Perkenalkan nama saya Tia Setiawati, mahasiswi Program Studi Ilmu Tanah, Universitas Tanjungpura, Pontianak. Libur kuliah semester ganjil sudah di depan mata. Rencana mau pulang kampung terhenti karena ASRI, ya… Alam Sehat Lestari. Semua ini berawal saat saya melihat postingan instagram, kemudian langsung meluncur ke website resminya. Saya mulai penasaran terkait planetary health. Apalagi pembayaran pengobatan di Klinik ASRI yang bisa secara non-tunai, salah satunya adalah dengan bibit pohon.
“Kok bisa bibit jadi pembayaran berobat. Apa untungnya?”
Berangkat dari rasa penasaran tersebut, saya memutuskan nekat menjadi volunteer untuk mencari tau tentang ASRI lebih dalam. Setelah satu bulan mengajukan diri menjadi relawan dan tak kunjung diberi kepastian, akhirnya saya menerima email balasan. Seusai merampungkan UAS, surat pengajuan saya pun diterima. Tak perlu pikir panjang, (GASKEUN!) keesokan harinya saya langsung berangkat menuju Sukadana dari Pontianak menggunakan kapal klotok. Selama 12 jam saya berdesakan dengan banyak orang yang saat itu maklum saja sedang ramai-ramainya pulang kampung karena kebetulan waktunya bertepatan dengan libur perkuliahan.
Sesampai di ASRI, saya disambut dengan sangat baik oleh para stafnya yang sangat ramah. Kemudian sayamendapatkan pengarahan terlebih dahulu oleh Kak Laily dan Pak Rusda. Selama di ASRI saya tinggal di Sungai Gali bersama staf-staf ASRI yang keren banget, yaitu Kak Nisa, Kak Aul, dr. Limy, dan drg. Sere. “Terima kasih ya telah menumpangkan Tia, hehe”. Untuk transportasi selama berkegiatan, saya biasanya menggunakan sepeda yang disediakan dari Sungai Gali ke ASRI. Pemandangan berbukitan yang hijau dan hamparan sawah membuat saya tidak pernah merasa bosan melihatnya setiap pagi selama perjalanan ke ASRI.
Program Konservasi menjadi pelabuhan saya selama satu bulan menjadi relawan di ASRI. Saya bertemu bapak-bapak dan ibu-ibu sekaligus abang-abang yang jago melucu. Kalau semuanya disatuin kayaknya bisa jadi komika deh hehe. Jokes jokesnya enggak pernah gagal membuat orang ketawa.
Terkait program konservasi sendiri sangat menarik, guys. Pada minggu pertama saya bersama Pak Tarjudin pergi ke persemaian Sedahan Jaya. Di sana saya belajar berbagai macam bibit dari bibit buah sampai bibit kayu. Dijamin kalau satu hari enggak akan hapal, hehe. Selanjutnya saya melihat cara pembuatan green house bersama Bang Joni, Bang Jono, dan Bang Jaka (btw ini orangnya enggak kembar yaaa).
Kemudian saya juga dijadwalkan pergi ke Persemaian Permanen Hutan Dusun Manjau di Desa Laman Satong. Disini benar-benar GAS (Gak Ada Sinyal) guys. Sempat khawatir tapi setelah dijalani asyik juga ternyata. Beberapa hari tinggal di sini dan bolak-balik masuk ke hutan menyenangkan syekaliii. Persemaian disini lebih luas dan juga saat penyiraman berasa seru karena barengan sama temen-temen yang lain (Alam, Asen, Zoel, Jelly, Novel & Vincent).
Pada hari Sabtu (14/01/2023) berhubung ASRI mengadakan Gathering di Pantai Pulau Datok, saya pulang ke Sukadana dengan menggunakan motor di pagi hari (ternyata motoran pagi-pagi anginnya ngagelebug hehe). Acaranya fun dan family time banget. Ada banyak permaian yang menguji kejujuran dan kerja sama tim. Untuk tim di gamememindahkan bola dengan 10 tusuk sate dibikin riweh sendiri karena banyak ketawa dan teriaknya (for my teampokoknya TERBAIK). Buat tim yang merasa bolanya ditahan pake tangan selama permainan, ayo loh ngaku tim siapa tuh hehe. Ini kegiatan paling memoriable banget.
Minggu kedua mengikuti Bu Setiawati untuk program Goats for Widows (Kambing untuk Janda). Saya belajar bagaimana mengurus kambing dengan baik. Kemudian saya berkesempatan mengobrol dengan para mitra terkait program tersebut. Ada percakapan menarik antara saya dengan salah satu mitra.
“Nek bagaimana keadaan kambingnya ?” tanya saya.
“Baik nong (nak) tapi saya ingin kambingnya saya disuntik.”
“Lah nek kalau ingin disuntik berarti enggak baik-baik aja.” Kami berdua pun sontak tertawa bersama, hehe.
Setelah dilakukan pengecekan ternyata enggak bisa disuntik karena kambingnya sedang mengandung alias bunting. Melalui kegiatan program ini saya juga belajar bahwa dengan adanya pembinaan/pendampingan kepada janda ini sangat membantu dan tak heran ada yang sampai mempunyai kambing 12 ekor setelah beranak pinak dari satu induk yang telah ASRI berikan di awal.
Selanjutnya saya belajar pertanian organik di demplot belakang gedung ASRI bersama Bang Jili. Pertanian organik ini perlu dilakukan guna mendukung Sustainable Agriculture. Selain itu, saya juga belajar pembuatan kompos, pestisida nabati dan banyak lagi. Kemudian, di minggu yang sama saya juga mengikuti program Chainsaw Buyback bersama Mas Agus dan Bang Imam yang melakukan pendampingan UMKM. Kunjungan ini enggak kalah menarik karena saya dapat mengobrol langsung bersama mitra terkait usaha yang dijalankan dan bagaimana perkembangannya, serta memberikan masukan dan saran guna meningkatkan pendapatan mitra.
Saya juga mendapatakan kesempatan belajar menerbangkan drone bersama Bang Sandy untuk pertama kalinya. Rasanya parno parah dan takut selama menerbangkan drone karena ini barang ASRI dan kalau dronenya jatuh/nyangkut/ilang, nanti saya yang nanggung dan ganti rugi. Tapi Alhamdulilah lancar, aman dan mendarat dengan baik.
Selama di ASRI saya senang banget karena setiap pagi bisa ikut morning meeting bersama staf-staf ASRI. Menurut saya ASRI adalah tempat yang sangat nyaman. Lalu untuk fasilitas olahraganya tidak kalah saing dan lumayan lengkap. Setiap jam istirahat makan siang biasanya saya bersama staf-staf ASRI main tenis meja (ping pong) dan ini tidak boleh kelewatan, sudah seperti agenda wajib saya karena seru parahhh!!!!!!!!!! Boleh nih ketua KOASRI (Komite Olahraga ASRI) menambah bet pingpong haha. Tentu saya juga akan kangen suasana sore hari setelah pulang yang biasanya saya bersepeda ke Pantai Pulau Datok. Saya rasa satu bulan menjadi relawan di ASRI tidak cukup karena saking nyamannya ASRI. Ingin nambah waktu lagi tapi apalah daya perkulihan genap menanti, hehe.
Bagi saya menjadi relawan di ASRI selama satu bulan merupakan pengalaman yang sangat tak ternilai. Membuka jendela pengetahuan saya terkait planetary health bahwasannya kesehatan dan lingkungan alam dapat berkolaborasi menjadi sesuatu hal yang manakjubkan dan memberikan perubahan yang sangat baik bagi manusia. Program Kesehatan, Konservasi dan Pendidikan memang saling berkaitan dan punya peranan yang besar untuk keberlangsungan makhluk hidup. Selama di ASRI saya juga mendapatkan relasi dan kawan baru. Terima Kasih ASRI sudah memberikan warna di liburan semester ganjil saya.
Dipinggir pantai sambil makan
Pulangnya ketemu mantan (Cakeppppppppp…!!)
Terima kasih saya ucapakan
Sampai jumpa di lain kesempatan
Sukses dan tetap semangat untuk semuanya di ASRI. Teruntuk TIM KONSERVASI dan PENGHUNI RUMAH SUI GALI pokoknya love sekebon hehe *emoticon tangan love 1000 kali hehe. Salam lestari.